Minggu, 02 Juli 2017

'Satu Minggu' Mendaki Gunung Lawu

Mulai untuk kembali flash back dengan perjalanan masa lalu. Kali ini perjalanan gw ke Gunung Lawu tahun 2009. Dan berikut kisahnya.....




Team Lawu (Pos 1)

Pemberangkatan yang lelah dan Istirahat di Solo

Bermula dari Stasiun Tanah Abang
Hari minggu sekitar pukul 14.00 kami, Gw, Jona, Anis, Gentur, Toni ditambah personil baru Dito, berangkat ke stasiun Tanah Abang untuk menuju solo dengan kereta kertajaya harga 35ribu, namun kereta sudah penuh walaupun jadwal keberangkatan masih pukul 20.00 mengingat saat itu jadwal arus mudik. Dan mungkin untuk pertama dan terakhir gw naik kereta dengan tempat duduk isi 3 orang tapi ditempatin buat 6 orang. Singkat cerita kami pun berangkat dari stasiun Tanah Abang pukul 20.30 dan sampai di stasiun Jebres (Solo) pukul 10.30 dan melanjutkan perjalanan ke rumah saudaranya Gentur, sambil menunggu Chris yang menyusul. Di Solo, kami membeli logistik dan mampir ke tempat kuliner di sana yang menjadi tempat favorit kami yaitu warung susu Shi Jack, dan juga beberapa angkringan di dekat GOR Manahan. Kami di sana sampai hari selasa karena Chris sampai di sana selasa malam.
Perjalanan yang cukup melelahkan
Susu Shi Jack Kota Barat

Berangkat ke Cemoro Sewu dan Mulai Pendakian

Berangkat dari rumah pukul 08.00 menuju ke pertigaan dekat terminal nusukan untuk menuju Tawang Mangu. Dari sana kami naik bus kota sampai terminal Tawang Mangu harga sekitar 10-15 ribu. Sampai di sana sekitar pukul 11.00, dilanjutkan dengan menaik semacam mobil L300 sampai ke pos pendakian Cemoro Sewu harga 5 ribu. Sampai di pos sekitar pukul 12.00, dilanjutkan dengan makan siang dan pendaftaran, dan sekitar pukul 13.30 kami memulai pendakian menuju pos 1.
Sepanjang perjalanan menuju pos 1 diasi pemandangan kebun warga, perjalanan menuju puncak Argo Dumilah telah teratur dan cenderung "ngetrack" sampai di pos 1 sekitar pukul 14.30, kami pun beristirahat.
Gerbang Masuk Cemoro Sewu
Istirahat di pos 2

Melanjutkan perjalanan dari pos 1 ke pos 2 sekitar pukul 15.00, dan kemudian tiba di pos 2 Watu Jago, yang dipercaya sebagai makam dari Gatot Kaca, sekitar pukul 16.00 dan istirahat sekitar 30 menit. Kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 sekitar satu jam perjalanan dan tiba pukul 17.00 dan mempersiapkan persiapan untuk mendaki malam. Kami langsung melanjutkan perjalanan yang sudah mulai menanjak terjal. Sekitar pukul 19.00, masih dalam perjalanan antara pos 3 dengan pos 4, kami mendirikan tenda tepat di punggungan gunung Lawu dikarenakan kondisi fisik yang sudah mulai drop.

Menikmati Sunrise di sisi Lawu

Anis dan Jona
Pagi yang indah di punggung gunung Lawu, sekitar pukul 05.00 diawali dengan munculnya sang surya dari tempat peraduannya, kalo bisa dibilang "its the best spots of Lawu" menurut saya. Kami banyak mengambil foto di tempat ini. Ya terutama sepanjang jalur pendakian dari tempat camp sampai pos 5. Kami mulai pendakian sekitar pukul 09.00 dan tiba di pos 4 setengah jam kemudian. Di pos 4 merupakan puncak dari punggung Lawu, banyak tempat landai namun sangat terbuka. Dari pos 4 melanjutkan ke pos 5, di sini jalan agak landai. Di tengah perjalanan terdapat pertigaan yang menuju ke Goa. Sampai di pos 5 20 menit kemudian. Jadi, tidak sampai 1 jam kami tiba di pos 5. Di sana terdapat banyak warung dan ada sumber air serta pertigaan yang menuju Sendang Macan, sayangnya ketika itu hanya H-6 sebelum Idul Fitri jadi warung tutup semua, kecuali warung Mbok Yem, yang kebetulan juga bertemu di Sendang Songo, saat mengambil air.
Setelah istirahat, kami pun beranjak ke puncak Argo Dumilah dengan meninggalkan carier kami tidak jauh dari pos 5.

Puncak kami datang 
Perjalanan Menuju Puncak

Perjalanan pun dimulai, kondisi jalur yang ditempuh berbeda dengan jalur sebelumnya, agak berpasir. Sampai di puncak kami sekitar pukul 11.30, dan kami beristirahat sambil berfoto. Di sana terdapat semacam tugu yang menandakan kami telah sampai puncak gunung. Sekitar 30 menit kami di atas, dan kami pun turun mengambil carier kami dan menuju ke warung Mbok Yem.
Jalur Menuju Puncak

Sendang Drajat

Perjalanan Turun dan Wisata Ke Jogja

Di warung Mbok Yem kami istirahat, makan nasi pecel plus telor dadar dengan harga 5 ribu. Kami tidur sampai sekitar pukul 14.00 dan kemudian pamit turun.
Kami turun melewati sisi lain gunung, menuju pos pendakian Cemoro Kandang dengan kondisi jalur yang 180• berbeda dengan jalur Cemoro Sewu. Jalur turun lebih merupakan jalur alam dengan alas tanah dan sempit, berbeda dengan jalur naik yang cenderung berbatu. Di pos 4 jalur Cemoro Kandang, terdapat batu nisan para senior kami yang terlebih dahulu "meninggalkan pesta". Kami sampai di pos pendakian Cemoro Kandang sekitar pukul 18.00 berarti sekitar 4 jam dari warung Mbok Yem. Dan catatan ketika turun bau belerang cukup lumayan tercium di deket kawah pos 3. Kami kemudian mencari tempat untuk bermalam, namun karena tempat istirahat di basecamp udah penuh, dan tempat yang tersedia cukup terbuka maka kami pun beristirahat menghabiskan malam di belakang warung tempat kami membeli makan.
Kami pun turun dari Cemoro Kandang dengan menyewa mobil pemilik warung, 10 ribu per orang sampai terminal Tawang Mangu. Sampai Tawang Mangu, kami melanjutkan perjalanan ke terminal Nusukan. Dari terminal Nusukan, lanjut jalan kaki ke stasiun Balapan untuk ke Jogja menggunakan kereta Pramex, harga 9 ribu. Perjalanan 2 jam sampai stasiun Tugu, sampai di sana kami menginap di rumah salah seorang saudara Gw dan menikmati malam kota jogja, pergi ke Alun-alun kidul dan alor, serta Malioboro dan angkringan tugu. Kami pulang ke Jakarta pada sabtu sore dari stasiun Lempuyangan. Dan tiba pada minggu pagi di stasiun Manggarai, lanjut ke stasiun Tj. Barat dan jalan kaki menuju rumah saya.
Menikmati Jogja W/ Toni

Di atas Pramex